Boring. Iya. Boring.
Seluruh dunia rasanya sama aja. Model pakaian yang sama, trend warna yang sama, semua-muanya sama. Rasanya jadi nggak ada gunanya traveling around the world. *sigh* Emang pernah Nett? Ya belom. Hahaha.
Setelah nonton Catching Fire dengan berbagai warna-warni baju yang dipakai orang-orang Capitol, entah kenapa jadi kepikiran. Kalau lihat berita atau nonton acara TV, rata-rata pakaian yang dipakai itu sama. Iya. H&M dan Debenhams di Jakarta bajunya juga sama lah modelnya sama yang di Europe. Uniqlo di Shibuya juga baju-bajunya sama persis sama di Lotte Avenue Ciputra. Jadi nggak ada bedanya jalan di mall di Jakarta dan di Tokyo. Atau Dublin. Atau Paris. Atau London. Well, OK, agak berbeda style-nya ketika kita di Timur Tengah. Abaya hitam buat mbak-mbak dan Gamis putih panjang + tutup kepala kotak-kotak buat mas-mas. Tapi jamak juga jeans dimana-mana.
Terbayang di kepala, mungkinkah suatu saat nanti trend berubah? Aku pengen ketika berkunjung ke Korea, ya orang-orang pakai baju khas Korea. Ke Jepang, ya orang-orang pakai Kimono. Ke Indonesia, lihat orang pake' kebaya. Ke Skotlandia, tentu ketemu mas dan mbak dengan tartan-nya. Ya tentunya semua disesuaikan dengan kenyamanan dan etika berpakaian masing-masing. Jangan aja terus yang di Jawa kembenan semua. Hahaha.
Mungkin nggak ya? Oh how I wish dunia ini lebih diverse in style. Sehingga ada sesuatu yang beda ketika kita travelling all around.
Friday, December 27, 2013
Friday, December 13, 2013
Soekarno at A Glance
Tadinya belum berencana untuk nonton Soekarno. Tapi berhubung nampaknya ada drama-drama yang bikin Pengadilan Niaga ada wacana untuk menarik master filmnya, jadilah didahulukan. Prioritas utama.
Hasilnya? Baru beberapa menit duduk di ruang bioskop yang gelap, udah merinding disko. Kenapa? Karena sebelum filmnya dimulai, diputer lagu Indonesia Raya. Semua penonton diminta berdiri. Bahkan Mas petugasnya juga mengingatkan sebelumnya, agar berdiri. Merindingku ini disebabkan dua hal, yang pertama karena lagu Indonesia Raya itu sendiri, nggak tahu kenapa, beda aja auranya ini lagu. Selalu membawa suasana haru gimanaaaaaa gitu kalau harus menyanyikannya. Alasan kedua, dulu waktu nonton Harry Potter 3 di Bangkok, sebelum film dimulai, semua penonton berdiri. Di bioskop. Dan katanya itu kebiasaan disana, karena kemudian diputer lagu tentang Rajanya. Masih inget sekali waktu itu aku terpikir, "Ya Allah, kapan ya aku bisa berdiri di bioskop dan menyanyikan lagu Indonesia Raya?" It happened! WOW! My wish. Granted. About 8 years later. Checked. :)
Kembali ke film. Filmnya dibuka dengan wajah yang familiar. Budiman Sudjatmiko sebagai Suyuti, salah satu tokoh pergerakan. Terus filmnya mengalir, cerita tentang Sukarno kecil yang udah pacaran aja sama bule. Bahkan mau ngelamar. Ini kayaknya mau cerita kalo bakat 'mudah jatuh cinta'nya BK ini udah mulai dari jaman dia sangat muda. Terus agak loncat-loncat alurnya, menceritakan BK waktu dibuang ke Ende, Bengkulu, dan diakhiri di Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945. Disini juga digambarkan betapa BK itu sangat rapi dan sangat aware ama penampilannya. Cowok dandy gitulah.
Untuk film berbau sejarah, film ini ngga terlalu berat. Ringan aja. Walaupun ada adegan perang (dikiiiit). Cenderung berat di drama romantika rumah tangganya BK. D*rn, amazing banget ini orang, ditengah-tengah hiruk pikuk persiapan kemerdekaan masih pulak dia galau mikirin perempuan yang bukan istrinya. Hahahaha. Manusiawi? Iya kali. Laki-laki? Hmm.. tipikal.
Sosok Bu Inggit jadinya keren banget diperanin ama Mpok Mod. Apa iya kenyataannya begitu? Entahlah, cuma dirinya dan Tuhan yang tahu. Mencelos banget di hati waktu adegan Inggit bilang semacam kaya' gini (tepatnya lupa), "aku sudah berusaha memberikan semuanya. Tapi masih saja kamu membutuhkan lebih. Yang penting aku sudah mengantarkanmu ke gerbang mimpimu." Aiiiih, mateeeek laaaah.
Tentang hubungan antara BK dan Fatima (denger-denger nama aselinya Bu Fat itu Fatima), mungkin kalau kejadiannya sekarang udah bikin twitter heboh kali ya? Ya emang ngga seheboh kejadian ala budayawan itu, but still. Oh come on, you pria beristri. Ini muridnya. Temennya anaknya (anaknya Bu Inggit ding kayaknya), ya tetep ajaaaaaaaa dikecengin juga. Hadeeeeeh. Alasannya pengen punya anak. Yo wis sak karep wis. Bebas. Apapun alasanmu untuk tidak setia. Alasan mah gampang dicari.
Next tentang Bung Hatta, yang digambarkan kejepit antara Sjahrir dan BK. Sjahrir bilang Hatta terlalu membela BK, BK bilang Hatta tuh mendukung Sjahrir. Horotoyoh. Keren tapi nih penggambaran Bung Hatta, muncul percakapan-percakapan bermutu diantara Hatta dan BK, seperti "sanggupkah Bung memimpin negara dengan 70 juta penduduk? Membuat rakyat sejahtera?" Masih sesuai ama konteks saat ini. Rasanya aku jadi pengen duduk bareng sama calon presiden RI berikutnya dan melontarkan pertanyaan ini di malam sebelum pelantikannya sebagai presiden. Selanjutnya, sedikit tentang Sjahrir. Hmm.. ganas banget Sjahrir digambarkan di film ini. Sangat meledak-ledak, tapi somehow cool. Keren.
Yang bikin hangat dari film ini adalah beberapa pisuhan yang diucapkan Bapak Bangsa maupun ring 1-nya. Mulai dari "jangkrik" sampe "jancuk". Wis metu kabeh. Hahaha.
Kembali tentang Soekarno sebagai tokoh utama, aku gak terlalu impressed dengan akting Ario Bayu. Tapi ya sudahlah ya. Lumayan lah, nggak njomplang2 amat. Walaupun cukup datar. All in all, film ini bikin hangover. Bikin jadi pengen baca buku sejarah. Bikin pengen mengenal lebih dalam tentang orang-orang yang terlibat dalam kemerdekaan RI. Apa motivasi mereka, bagaimana sejarah mencatat mereka? Apakah sejarah sudah mencatat dengan benar? Apakah kita sudah menghargai jasa Eyang/Eyang buyut kita? Sebenernya mereka berjasa buat kita atau karena mereka juga udah muak 'disiksa'? *pertanyaan terakhir ngga penting dijawab, gak terlalu relevan. Intinya kemerdekaan udah berhasil didapet. Terus kita yang generasi muda ini mau apa?
Mau punya duit banyak biar bisa dapet apapun yang dimau?
Mau hidup foya-foya lalala yeyeye tiap hari?
Mau apa? Dapet kemerdekaan nggak murah, tapi kitanya juga udah dikasih merdeka mah masih ribut aja hobinya. Ngapain kek yang bermanfaat dikit. Ho oh, Nett, kamu juga ngapain gitu kek yang bermanfaat dikit, daripada ngeblag-ngeblog galau melulu. -_-"
PS. Film kaya' gini kok malah diperkarain pake acara mau diturun-layarkan segala sik? *nggak ngerti deh*
Wednesday, December 11, 2013
Belajar dari Metromini
Sudah biasa ya kalau orang marah-marahin sopir metromini, atas segala jenis kelakuannya. Mulai dari naikin dan nurunin penumpang (atau 'sewa', gitu mereka biasa menyebutnya) sembarangan sampai hobinya yang berzig-zag di jalanan dengan manuver super liar. Scumbag metromini, if you may say. Meminjam istilah meme yang lagi rame sekarang ini.
Pagi ini ada yang beda. Seperti biasa, naik metromini dari lampu merah (nggak ada halte loh dalam jarak 1 km) dan seperti biasa pula metromini menggasak kanan dan kiri, mencari jalan. Sopirnya duduk dalam posisi miring ga jelas pulak. Apakah nyaman?
Terpikir bahwa selama ini metromini ini berbuat 'kejahatan'. Dia sudah zalim terhadap penumpangnya. Well, sopir dan kernetnya kali ya? Apalagi kalau kernetnya maksa-maksa masih masukin orang ke kendaraan yang udah penuh sesak. Gak pernah pula dia berhenti di halte yang jelas.... oh waiiiitttt... Bukannya aku juga sering berbuat begitu?
Anggaplah dalam sehari ada 5 halte. Ada 5 perhentian yang harus dilalui metromini (=aku). Tapi akunya berhenti sembarangan, bukan tepat di halte. Sering-seringnya kelewatan itu halte. Berhentinya nyaris di halte berikutnya. Untung belum sampe ke halte berikutnya alias kelewatan? Annoying kan? Banget. Gimana mau menjalin hubungan baik dengan Yang Punya Hidup kalau berhenti di halte yang sudah ditentukanNya pun susah? Padahal halte itu kan dibuat dengan tujuan tertentu. Bukan ngawur apalagi ngarang. Biar tertib lalu lintasnya, biar nggak diserempet kendaraan lain, dll. Ah, sudah tahu begini, kenapa tetep aja nekad ya? *sigh
=====
Gambar yang atas diambil dari sini dengan modifikasi scumbag hat. :))
Pagi ini ada yang beda. Seperti biasa, naik metromini dari lampu merah (nggak ada halte loh dalam jarak 1 km) dan seperti biasa pula metromini menggasak kanan dan kiri, mencari jalan. Sopirnya duduk dalam posisi miring ga jelas pulak. Apakah nyaman?
Terpikir bahwa selama ini metromini ini berbuat 'kejahatan'. Dia sudah zalim terhadap penumpangnya. Well, sopir dan kernetnya kali ya? Apalagi kalau kernetnya maksa-maksa masih masukin orang ke kendaraan yang udah penuh sesak. Gak pernah pula dia berhenti di halte yang jelas.... oh waiiiitttt... Bukannya aku juga sering berbuat begitu?
Anggaplah dalam sehari ada 5 halte. Ada 5 perhentian yang harus dilalui metromini (=aku). Tapi akunya berhenti sembarangan, bukan tepat di halte. Sering-seringnya kelewatan itu halte. Berhentinya nyaris di halte berikutnya. Untung belum sampe ke halte berikutnya alias kelewatan? Annoying kan? Banget. Gimana mau menjalin hubungan baik dengan Yang Punya Hidup kalau berhenti di halte yang sudah ditentukanNya pun susah? Padahal halte itu kan dibuat dengan tujuan tertentu. Bukan ngawur apalagi ngarang. Biar tertib lalu lintasnya, biar nggak diserempet kendaraan lain, dll. Ah, sudah tahu begini, kenapa tetep aja nekad ya? *sigh
=====
Gambar yang atas diambil dari sini dengan modifikasi scumbag hat. :))
Saturday, December 07, 2013
Burung Kutilang dan Burung Pipit
Ada yang masih familiar ngga dengan potongan syair ini?
Jadi ceritanya, jaman masih kecil dulu, setiap kali sebelum tidur, Mama selalu mendongeng. Entah itu dari baca buku atau hasil mengarang indah. Suatu siang, aku susah tidur, kayaknya Mama udah capek karena segala macem diceritain, eh anaknya nggak tidur-tidur juga. Akhirnya Mama cerita tentang Burung Pipit. Aku rasa itu ceritanya terinspirasi dari lagu Burung Kutilang dan lagu Kupu-Kupu yang Lucu.
Inti ceritanya adalah tentang burung pipit yang cari makan buat anaknya. Tapi anaknya nggak kenyang-kenyang. (Kayaknya nyindir aku yang nggak tidur-tidur seh. *sensi* Hih!) Si Burung Pipit ini terbang kesana-kemari sambil nyariin makan buat anaknya. (Inget: 'Kupu-kupu yang lucu, kemana engkau terbang. Hilir mudik mencari bunga-bunga yang kembang.') Pokoknya intinya ketika si anak Burung Pipit hampir kenyang, Ibu Burung Pipit karena kecapekan terus malah jatuh dari sarangnya. Mati deh. Terus anaknya sedih sambil bunyi trilili.. lili..lili..lili...
Dengan cerita seperti itu, bisa ditebak dong, endingnya bukannya aku tidur, malah aku nangis mimbik-mimbik. Kasian sama anak Burung Pipit dan ibu Burung Pipit yang nasibnya tragis. Tak pikir-pikir sekarang, I should've sued my Mom for telling me such stories xD Itu menyedihkan banget. Dua puluh lima tahun berlalu dan aku masih inget dong ceritanya. Haha!
Moral of the story: jangan pernah bikin cerita sedih buat anak kecil. It'll haunt them for life. Tapi bisa bikin ngga bandel juga kali ya? Emm.. bandel ding, tapi nggak pake amat. xD
Di atas pohon cemara, burung kutilang bernyanyi;Setiap kali denger lagu ini, setiap kali pula ada perasaan sedih yang muncul, pelan-pelan. Setelah diingat-ingat, kenapa ya? Ternyata I should've thanks to my Mom about this. *sarcasm_detected*
bersiul-siul sepanjang hari, dengan tak jemu-jemu
Jadi ceritanya, jaman masih kecil dulu, setiap kali sebelum tidur, Mama selalu mendongeng. Entah itu dari baca buku atau hasil mengarang indah. Suatu siang, aku susah tidur, kayaknya Mama udah capek karena segala macem diceritain, eh anaknya nggak tidur-tidur juga. Akhirnya Mama cerita tentang Burung Pipit. Aku rasa itu ceritanya terinspirasi dari lagu Burung Kutilang dan lagu Kupu-Kupu yang Lucu.
Inti ceritanya adalah tentang burung pipit yang cari makan buat anaknya. Tapi anaknya nggak kenyang-kenyang. (Kayaknya nyindir aku yang nggak tidur-tidur seh. *sensi* Hih!) Si Burung Pipit ini terbang kesana-kemari sambil nyariin makan buat anaknya. (Inget: 'Kupu-kupu yang lucu, kemana engkau terbang. Hilir mudik mencari bunga-bunga yang kembang.') Pokoknya intinya ketika si anak Burung Pipit hampir kenyang, Ibu Burung Pipit karena kecapekan terus malah jatuh dari sarangnya. Mati deh. Terus anaknya sedih sambil bunyi trilili.. lili..lili..lili...
Dengan cerita seperti itu, bisa ditebak dong, endingnya bukannya aku tidur, malah aku nangis mimbik-mimbik. Kasian sama anak Burung Pipit dan ibu Burung Pipit yang nasibnya tragis. Tak pikir-pikir sekarang, I should've sued my Mom for telling me such stories xD Itu menyedihkan banget. Dua puluh lima tahun berlalu dan aku masih inget dong ceritanya. Haha!
Moral of the story: jangan pernah bikin cerita sedih buat anak kecil. It'll haunt them for life. Tapi bisa bikin ngga bandel juga kali ya? Emm.. bandel ding, tapi nggak pake amat. xD
Thursday, December 05, 2013
Portofolio Gak Pake Mikir
Komik di bawah ini menarik juga, tapi ya itu, tetep kudu menjadikan DES (Daftar Efek Syariah) sebagai acuan :) Biasanya efek-efek perbankan dan asuransi konvensional nggak masuk DES karena dianggap menerapkan sistem riba.
DES itu apa sih? DES itu kumpulan efek di Pasar Modal yang tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip Syariah. Yang menetapkan DES itu Bapepam-LK atau pihak yang ditunjuk (sepertinya saat ini sudah berganti jadi OJK (Otoritas Jasa Keuangan)). Setiap tahun, DES dikeluarkan dua kali. Berlaku mulai Juni dan Desember setiap tahunnya. Untuk yang berlaku Desember ini, bisa diunduh disini. Tadinya agak khawatir juga dengan keberadaan Pasar Modal, tapi setelah baca-baca fatwa-fatwa MUI dan landasan hukumnya, jadi agak tenang.
Satu yang perlu diingat, semuanya kembali ke diri masing-masing. Karena ada tindakan-tindakan yang jamak dilakukan di Pasar Modal yang ngga diperbolehkan secara syariah, misalnya front running, misleading information, wash sale, pre-arrange trade, pump and dump, hype and dump, creating fake demand/supply, pooling of interest, cornering, marking at the close, alternate trade, insider trading, short-selling, jual beli pake margin (sesuai Fatwa DSN-MUI No.89/DSN-MUI/III/2011). Wow, banyak ya transaksi yang dilarang. Ada juga yang bilang jual beli di Pasar Modal ini semacam berjudi. Iya kali ya, jadinya judi kalo yang dibeli efek-efek gorengan yang mau di-short sell? Bisanya yang seperti ini endingnya jadi korban, dimainin orang tanpa berasa lagi diapain.
Kadang-kadang gemes juga, agak heran, kenapa Indonesia yang jumlah penduduknya paling besar tapi perekonomian syariahnya nggak maju? PR bersama nih. Masa' kalah sama Inggris yang kebelet pengen jadi pemimpin dalam ekonomi syariah? Hmm.. mesti banyak belajar nih, jangan sampai kejeblos dan salah jalan.
DES itu apa sih? DES itu kumpulan efek di Pasar Modal yang tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip Syariah. Yang menetapkan DES itu Bapepam-LK atau pihak yang ditunjuk (sepertinya saat ini sudah berganti jadi OJK (Otoritas Jasa Keuangan)). Setiap tahun, DES dikeluarkan dua kali. Berlaku mulai Juni dan Desember setiap tahunnya. Untuk yang berlaku Desember ini, bisa diunduh disini. Tadinya agak khawatir juga dengan keberadaan Pasar Modal, tapi setelah baca-baca fatwa-fatwa MUI dan landasan hukumnya, jadi agak tenang.
Satu yang perlu diingat, semuanya kembali ke diri masing-masing. Karena ada tindakan-tindakan yang jamak dilakukan di Pasar Modal yang ngga diperbolehkan secara syariah, misalnya front running, misleading information, wash sale, pre-arrange trade, pump and dump, hype and dump, creating fake demand/supply, pooling of interest, cornering, marking at the close, alternate trade, insider trading, short-selling, jual beli pake margin (sesuai Fatwa DSN-MUI No.89/DSN-MUI/III/2011). Wow, banyak ya transaksi yang dilarang. Ada juga yang bilang jual beli di Pasar Modal ini semacam berjudi. Iya kali ya, jadinya judi kalo yang dibeli efek-efek gorengan yang mau di-short sell? Bisanya yang seperti ini endingnya jadi korban, dimainin orang tanpa berasa lagi diapain.
Kadang-kadang gemes juga, agak heran, kenapa Indonesia yang jumlah penduduknya paling besar tapi perekonomian syariahnya nggak maju? PR bersama nih. Masa' kalah sama Inggris yang kebelet pengen jadi pemimpin dalam ekonomi syariah? Hmm.. mesti banyak belajar nih, jangan sampai kejeblos dan salah jalan.
Sumber: dari sini
Thursday, November 21, 2013
Tentang Laki-laki Favoritku
Ceritanya lagi kangen berat sama Papa. Mau cerita-cerita aja ah. Awalnya tulisan ini mau ditulis bertepatan dengan hari Pahlawan, My Pa, My Hero, cucok kan? Tapi berhubung nggak disempet2in ya jadilah nggak jadi-jadi tulisannya. xD
Papaku itu orang yang baik. Baik banget. Ya beda-beda dikit lah sama Mama. Cuma beda gaya aja. Dulu waktu kecil kupikir Papa itu beneran tukang jualan telur. Gara-garanya di raporku waktu TK, tertulis namanya dengan gelar BE. Waktu aku tanya, Mama jawab BE itu artinya Bakul Endog (tukang jual telur (bahasa jawa)-red). Mungkin waktu itu Mama males jelasin panjang lebar arti gelar sarjana muda itu. Dan yeah, seringnya Papa pergi itu kuartikan dia sibuk berjualan telur. Itu terjadi sampe jaman aku SD. Waktu itu mulai bertanya-tanya, Bapaknya orang lain sering jemput anaknya. Kenapa Papaku enggak? Setiap kali pamitan mau berangkat kerja, Papa bilang, 'aku mau ke laut, cari uang dulu ya, buat kamu sekolah. Sekolah yang pinter, jagain Mamanya.' Dan akupun nrimo ternyata Papaku udah nggak lagi jualan telur, tapi dia mencari uang di laut. He must be a diver! Penyelam! Ambil uang dari tas kresek di dasar lautan. Issssh, kalo dipikir-pikir lagi, emangnya Papa temennya Deni Manusia Ikan? Kebanyakan baca majalah Bobo sih. :)) Well, setidaknya sampai akhirnya aku tahu kerjaan dia yang sebenernya di sekitar kelas 3 SD, image tukang jualan telur dan penyelam itu yang menempel. Toh ternyata kerjaan Papa yang sebenernya juga nggak jauh-jauh amat ternyata: Tukang Batu! :D
Anyway, cerita tentang Papa kali ini belum berakhir. Suatu hari yang dingin di Emerald Island, aku ber-skype ria dengan Mama dan Papa. Mama ngomel-ngomel sambil ketawa, katanya waktu Lebaran dikerjain sama Papa. Begini ceritanya: Lebaran itu Papa pulangnya mepet dan males nyetir mobil ke rumah Eyang. Diputuskan untuk naik kendaraan umum. Berhubung tiket kereta susah, akhirnya mereka naik pesawat ke Surabaya dan naik bus ke kota Eyang. Keberangkatan sih masih sesuai rencana. Masih OK-lah. Nah pas pulangnya, ketika di drop taksi di terminal, ternyata ada taksi-taksi dari Bandara Juanda yang beristirahat setelah mengantar penumpang. Ditanyalah sama Papa, mau gak dia nganter kembali ke Surabaya. Kan lumayan daripada kosong. Tentu saja sopirnya hepi. "Sampeyan sudah tidur, Cak? Sudah makan? Nggak ngantuk, ta?" Dijawab sama sopir, "Sampun, Pak. Mboten ngantuk, sudah tidur tadi." Dan jadilah tiba-tiba rencana naik bus ke Surabaya berganti jadi naik taksi.
Ternyata oh ternyata, belum ada 1/3 perjalanan menuju Surabaya, Pak Sopir Taksi ngantuk. Mama minta berhenti di SPBU, seperti kebiasaan kami, supaya sopirnya bisa refreshing. Selesai istirahat di SPBU, masih ngantuk pula itu Pak Sopir. Ngantuknya beraaaattt sekaliiii. Tiba-tiba Papa nyeletuk, "Sampeyan tidur aja deh Pak, tak sopiri." Si Mama udah bete. Ini suaminya gimana sih, malah mau nyopir taksi. Kemaren disuru bawa mobil sendiri gak mau. Pak Sopirnya pun setuju-setuju aja. Mungkin saking ngantuknya, dia nggak bisa mikir lagi deh. Dan begitulah, 2/3 perjalanan Papa nyetir sendiri. Si Pak Sopir Taksi? Bobok manis senggur-senggur di sebelahnya.
Menjelang masuk kota Surabaya, Papa berhenti di SPBU dan bangunin itu sopirnya, "Cak, bangun, aku ngantuk nih. Gantian ya." Pak Sopir taksi bangun, cuci muka, dan mereka tukeran posisi. Nggak lama sampailah taksi ini di daerah Embong Malang, seperti perjanjian awal. Sopir Taksi nanya, ini mau berhenti tepatnya dimana. Si Papa mah cuma bilang, "Terus dulu... Terus. Wis pelan-pelan. Nah wis, belok kiri disini." Berhentilah mereka di lobi salah satu hotel paling OK se-Indonesia Raya *halah lebay*. Dan Mama hampir nggak bisa nahan ketawa lihat mimiknya Pak Sopir waktu dia berusaha mengkonfirmasi, "Lho, bener disini ta nginepnya, Pak?" Mungkin mak dheg kali ya jantungnya Pak Sopir Taksi? Siapa nih orang yang nyopirin sepanjang dia tidur? Belum tahu dia tadi sepanjang jalan disopirin mantan Bakul Endog.
Hmm... Kalo diinget-inget, pasti Mama sebel banget. Lagi-lagi Papa ngeyel kalo diingetin. Tapi aku yakin, Mama kalo inget juga sebelnya sambil senyum-senyum. Ngimpi apa bisa punya suami sebaik, selucu, dan 'seajaib' itu. Life is an adventure! :D
Papaku itu orang yang baik. Baik banget. Ya beda-beda dikit lah sama Mama. Cuma beda gaya aja. Dulu waktu kecil kupikir Papa itu beneran tukang jualan telur. Gara-garanya di raporku waktu TK, tertulis namanya dengan gelar BE. Waktu aku tanya, Mama jawab BE itu artinya Bakul Endog (tukang jual telur (bahasa jawa)-red). Mungkin waktu itu Mama males jelasin panjang lebar arti gelar sarjana muda itu. Dan yeah, seringnya Papa pergi itu kuartikan dia sibuk berjualan telur. Itu terjadi sampe jaman aku SD. Waktu itu mulai bertanya-tanya, Bapaknya orang lain sering jemput anaknya. Kenapa Papaku enggak? Setiap kali pamitan mau berangkat kerja, Papa bilang, 'aku mau ke laut, cari uang dulu ya, buat kamu sekolah. Sekolah yang pinter, jagain Mamanya.' Dan akupun nrimo ternyata Papaku udah nggak lagi jualan telur, tapi dia mencari uang di laut. He must be a diver! Penyelam! Ambil uang dari tas kresek di dasar lautan. Issssh, kalo dipikir-pikir lagi, emangnya Papa temennya Deni Manusia Ikan? Kebanyakan baca majalah Bobo sih. :)) Well, setidaknya sampai akhirnya aku tahu kerjaan dia yang sebenernya di sekitar kelas 3 SD, image tukang jualan telur dan penyelam itu yang menempel. Toh ternyata kerjaan Papa yang sebenernya juga nggak jauh-jauh amat ternyata: Tukang Batu! :D
Anyway, cerita tentang Papa kali ini belum berakhir. Suatu hari yang dingin di Emerald Island, aku ber-skype ria dengan Mama dan Papa. Mama ngomel-ngomel sambil ketawa, katanya waktu Lebaran dikerjain sama Papa. Begini ceritanya: Lebaran itu Papa pulangnya mepet dan males nyetir mobil ke rumah Eyang. Diputuskan untuk naik kendaraan umum. Berhubung tiket kereta susah, akhirnya mereka naik pesawat ke Surabaya dan naik bus ke kota Eyang. Keberangkatan sih masih sesuai rencana. Masih OK-lah. Nah pas pulangnya, ketika di drop taksi di terminal, ternyata ada taksi-taksi dari Bandara Juanda yang beristirahat setelah mengantar penumpang. Ditanyalah sama Papa, mau gak dia nganter kembali ke Surabaya. Kan lumayan daripada kosong. Tentu saja sopirnya hepi. "Sampeyan sudah tidur, Cak? Sudah makan? Nggak ngantuk, ta?" Dijawab sama sopir, "Sampun, Pak. Mboten ngantuk, sudah tidur tadi." Dan jadilah tiba-tiba rencana naik bus ke Surabaya berganti jadi naik taksi.
Ternyata oh ternyata, belum ada 1/3 perjalanan menuju Surabaya, Pak Sopir Taksi ngantuk. Mama minta berhenti di SPBU, seperti kebiasaan kami, supaya sopirnya bisa refreshing. Selesai istirahat di SPBU, masih ngantuk pula itu Pak Sopir. Ngantuknya beraaaattt sekaliiii. Tiba-tiba Papa nyeletuk, "Sampeyan tidur aja deh Pak, tak sopiri." Si Mama udah bete. Ini suaminya gimana sih, malah mau nyopir taksi. Kemaren disuru bawa mobil sendiri gak mau. Pak Sopirnya pun setuju-setuju aja. Mungkin saking ngantuknya, dia nggak bisa mikir lagi deh. Dan begitulah, 2/3 perjalanan Papa nyetir sendiri. Si Pak Sopir Taksi? Bobok manis senggur-senggur di sebelahnya.
Menjelang masuk kota Surabaya, Papa berhenti di SPBU dan bangunin itu sopirnya, "Cak, bangun, aku ngantuk nih. Gantian ya." Pak Sopir taksi bangun, cuci muka, dan mereka tukeran posisi. Nggak lama sampailah taksi ini di daerah Embong Malang, seperti perjanjian awal. Sopir Taksi nanya, ini mau berhenti tepatnya dimana. Si Papa mah cuma bilang, "Terus dulu... Terus. Wis pelan-pelan. Nah wis, belok kiri disini." Berhentilah mereka di lobi salah satu hotel paling OK se-Indonesia Raya *halah lebay*. Dan Mama hampir nggak bisa nahan ketawa lihat mimiknya Pak Sopir waktu dia berusaha mengkonfirmasi, "Lho, bener disini ta nginepnya, Pak?" Mungkin mak dheg kali ya jantungnya Pak Sopir Taksi? Siapa nih orang yang nyopirin sepanjang dia tidur? Belum tahu dia tadi sepanjang jalan disopirin mantan Bakul Endog.
Hmm... Kalo diinget-inget, pasti Mama sebel banget. Lagi-lagi Papa ngeyel kalo diingetin. Tapi aku yakin, Mama kalo inget juga sebelnya sambil senyum-senyum. Ngimpi apa bisa punya suami sebaik, selucu, dan 'seajaib' itu. Life is an adventure! :D
at
18:35
Thursday, November 07, 2013
Bloat
Tahun baru belum lama berlalu, resolusi belum lama dicanangkan. Yet, beberapa hari ini gelap. Iya, gelap. Sholat subuhnya kesiangan terus. Capek bukan alasan. Kesal hati bukan cara berkelit.
Sungguh saya tidak mengerti, betapa umur tidak menunjukkan kedewasaan seseorang. Begitu sulitnyakah mendengar inti percakapan orang lain? Kenapa malah menutupinya dengan... Ah sudahlah.
Saya benar-benar tidak bisa mengerti. Dimana lagi kurangnya? Yang sepele dibesar-besarkan, yang penting dianggap tidak berarti. Maunya apa? Maunya gimana? Bagaimana bisa berubah dari satu kutub ke kutub yang lain dengan sesuka hati tidak mempengaruhi sekitar? Berapa lama manusia bisa bertahan hidup dalam kepalsuan? Kalau situ yang lupa, kenapa sini yang tersalah? Ngga bisa kah lebih bertanggungjawab terhadap diri sendiri?
Sungguh, untuk bertahan berdiri di sisi yang diyakini kebenaran hakikinya saja terkadang sulit. Itukah sebabnya beberapa lebih memilih untuk mendengarkan yang ingin didengar walau bungkus kepalsuannya tampak nyata?
Satu lagi catatan penting untuk dipelajari dan dimaknai. Menyakitkan. Tapi mengeluhpun tidak akan mengubah keadaan, kan? Anggap saja ini satu lagi tanjakan sedikit berliku untuk menuju tujuan akhir. :) Oh well. I really need a real patron who have a wise and clean soul. Kenapa ya sampai detik ini belum diberi rizki itu? Mungkin memang ini bentuk rejekinya, supaya lebih bisa mengambil makna? Hmmm... Bisa jadi.
Sungguh saya tidak mengerti, betapa umur tidak menunjukkan kedewasaan seseorang. Begitu sulitnyakah mendengar inti percakapan orang lain? Kenapa malah menutupinya dengan... Ah sudahlah.
Saya benar-benar tidak bisa mengerti. Dimana lagi kurangnya? Yang sepele dibesar-besarkan, yang penting dianggap tidak berarti. Maunya apa? Maunya gimana? Bagaimana bisa berubah dari satu kutub ke kutub yang lain dengan sesuka hati tidak mempengaruhi sekitar? Berapa lama manusia bisa bertahan hidup dalam kepalsuan? Kalau situ yang lupa, kenapa sini yang tersalah? Ngga bisa kah lebih bertanggungjawab terhadap diri sendiri?
Sungguh, untuk bertahan berdiri di sisi yang diyakini kebenaran hakikinya saja terkadang sulit. Itukah sebabnya beberapa lebih memilih untuk mendengarkan yang ingin didengar walau bungkus kepalsuannya tampak nyata?
Satu lagi catatan penting untuk dipelajari dan dimaknai. Menyakitkan. Tapi mengeluhpun tidak akan mengubah keadaan, kan? Anggap saja ini satu lagi tanjakan sedikit berliku untuk menuju tujuan akhir. :) Oh well. I really need a real patron who have a wise and clean soul. Kenapa ya sampai detik ini belum diberi rizki itu? Mungkin memang ini bentuk rejekinya, supaya lebih bisa mengambil makna? Hmmm... Bisa jadi.
Wednesday, November 06, 2013
Gravitasi
Beberapa waktu yang lalu sengaja cari waktu buat nonton 'Gravity'. Sekalian nyobain gimana rasanya nonton film di bioskop 4D.
Kesan dari film itu: kecil. Iya, rasanya kecil sekali. Lebih kecil daripada sebutir debu. Luar biasa kebesaranNya. Subhanallah. What's my purpose in this world? Rasa sedih, bahagia, marah, rasanya ngga ada apa-apanya. Hujan badai, tsunami, banjir, panas luar biasa di gurun... Apalah artinya? Wong kita juga 'cuma' memenuhi kulit bumi yang 'cuma' bagian kecil dari tata surya-nya matahari, yang cuma bagian kecil dari galaksi bima sakti, yang cuma bagian kecil dari alam semesta. Luar biasa ya Tuhanku ini?
Di tahun baru ini, rasanya perlu sedikit menengok ke belakang, sambil mengingat beberapa pelajaran penting:
- Mari menyelesaikan masalah tanpa menimbulkan masalah yang lebih besar.
- Mari berusaha bahagia tanpa menimbulkan sakit hati pada orang lain.
- Terkadang khilaf itu mungkin kecil efeknya buat kita, tapi besar sakitnya untuk orang lain.
- Minta maaf itu perlu, tapi yang lebih penting lagi adalah seberapa serius perasaan menyesal di balik permintaan maaf. If not, then sorry is just another wasted word.
Ini kenapa nulisnya masih terasa ada emosi jiwa ya? It's been months lho, Nett. Mosok ga sembuh2? Hahahahahahaha. :))
Kesan dari film itu: kecil. Iya, rasanya kecil sekali. Lebih kecil daripada sebutir debu. Luar biasa kebesaranNya. Subhanallah. What's my purpose in this world? Rasa sedih, bahagia, marah, rasanya ngga ada apa-apanya. Hujan badai, tsunami, banjir, panas luar biasa di gurun... Apalah artinya? Wong kita juga 'cuma' memenuhi kulit bumi yang 'cuma' bagian kecil dari tata surya-nya matahari, yang cuma bagian kecil dari galaksi bima sakti, yang cuma bagian kecil dari alam semesta. Luar biasa ya Tuhanku ini?
Di tahun baru ini, rasanya perlu sedikit menengok ke belakang, sambil mengingat beberapa pelajaran penting:
- Mari menyelesaikan masalah tanpa menimbulkan masalah yang lebih besar.
- Mari berusaha bahagia tanpa menimbulkan sakit hati pada orang lain.
- Terkadang khilaf itu mungkin kecil efeknya buat kita, tapi besar sakitnya untuk orang lain.
- Minta maaf itu perlu, tapi yang lebih penting lagi adalah seberapa serius perasaan menyesal di balik permintaan maaf. If not, then sorry is just another wasted word.
Ini kenapa nulisnya masih terasa ada emosi jiwa ya? It's been months lho, Nett. Mosok ga sembuh2? Hahahahahahaha. :))
at
06:12
Monday, October 21, 2013
Getting Lost Over-Jatim-Land 2
Part 2: Kediri-Surabaya-Bromo
Perjalanan ke Bromo ini bisa dibilang tidak direncanakan. Dulu, kami sudah merencanakan perjalanan ini, apa daya drama-drama ngga jelas membuat susunan keberangkatan berubah semua. Jadilah tinggal tersisa 2 orang. Dan berhubung yang satunya bawa koper, rasanya agak repot kalau harus travelling ala backpacker. Jadi ya kita pun alih perjalanan dengan ala koper. Telpon jasa tour instead of berburu kendaraan umum.
Kediri, sebagai kota terbesar ketiga di Jawa Timur, ternyata tidak punya hub yang bagus. Transportasi ke Surabaya dan Malang sangatlah terbatas. Kereta Api hanya ada Rapih Dhoho dan Penataran. Kemarin kami berhasil naik KA Rapih Dhoho ke Surabaya dengan tiket Tanpa Tempat Duduk. Akibatnya, kita berhasil duduk tapi sambil deg-degan, kalau yang punya kursi naik di stasiun berikutnya ya terpaksa kami turun. Alhamdulillah itu kursi selamat bisa didudukin sampe Surabaya. Walaupun sepanjang jalan harus memangku tas ransel. Ekonomi AC, Rp.5.500,- per orang. What do you expect? Wow, agak kaget juga karena kereta ini begitu murahnya, pantes aja orang-orang berlomba-lomba naik kereta ini. Harga Kediri-Surabaya (dan sebaliknya) jauh lebih murah dibandingkan dengan naik bus Ekonomi AC (Rp.15.000,-) atau Patas AC (Rp.30.000,-).
Sampai di Surabaya, kami turun di Stasiun Gubeng, yang mana penumpang Kereta Ekonomi harus keluar via Stasiun Gubeng Lama (seberang RS DKT), ngga boleh lewat pintu Stasiun Gubeng Baru. Duuuuh, Pak Jonan, kenapa sih harus dipisah-pisahkan? Beda kasta kah? Mendingan mana daripada ngga boleh berhenti sekalian? Entahlah.
Trus-trus? Kita dijemput ama Sopir dan tidur sepanjang jalan menuju Bromo.
Perjalanan ke Bromo ini bisa dibilang tidak direncanakan. Dulu, kami sudah merencanakan perjalanan ini, apa daya drama-drama ngga jelas membuat susunan keberangkatan berubah semua. Jadilah tinggal tersisa 2 orang. Dan berhubung yang satunya bawa koper, rasanya agak repot kalau harus travelling ala backpacker. Jadi ya kita pun alih perjalanan dengan ala koper. Telpon jasa tour instead of berburu kendaraan umum.
Kediri, sebagai kota terbesar ketiga di Jawa Timur, ternyata tidak punya hub yang bagus. Transportasi ke Surabaya dan Malang sangatlah terbatas. Kereta Api hanya ada Rapih Dhoho dan Penataran. Kemarin kami berhasil naik KA Rapih Dhoho ke Surabaya dengan tiket Tanpa Tempat Duduk. Akibatnya, kita berhasil duduk tapi sambil deg-degan, kalau yang punya kursi naik di stasiun berikutnya ya terpaksa kami turun. Alhamdulillah itu kursi selamat bisa didudukin sampe Surabaya. Walaupun sepanjang jalan harus memangku tas ransel. Ekonomi AC, Rp.5.500,- per orang. What do you expect? Wow, agak kaget juga karena kereta ini begitu murahnya, pantes aja orang-orang berlomba-lomba naik kereta ini. Harga Kediri-Surabaya (dan sebaliknya) jauh lebih murah dibandingkan dengan naik bus Ekonomi AC (Rp.15.000,-) atau Patas AC (Rp.30.000,-).
Sampai di Surabaya, kami turun di Stasiun Gubeng, yang mana penumpang Kereta Ekonomi harus keluar via Stasiun Gubeng Lama (seberang RS DKT), ngga boleh lewat pintu Stasiun Gubeng Baru. Duuuuh, Pak Jonan, kenapa sih harus dipisah-pisahkan? Beda kasta kah? Mendingan mana daripada ngga boleh berhenti sekalian? Entahlah.
Trus-trus? Kita dijemput ama Sopir dan tidur sepanjang jalan menuju Bromo.
Jam 3 pagi, dibangunin untuk ke Penanjakan. Sayangnya ada begitu banyak manusia di sana. Mumet liatnya. Ngga bisa menikmati sunrise dengan nikmat. Yang ada orang-orang yang sibuk dengan gadgetnya masing-masing. Heran deh. Kenapa ngga pada menikmati aja itu sunrise dan serahkan urusan pengambilan gambar kepada fotografer profesional. Yang bikin sedih lagi, waktu sunrise tiba, malah pada teriak-teriak 'Huuuu... Eaaaaa' dan semacamnya, terkadang ada yang tepuk tangan. Weeee lhaaaa.... Tidakkah kaulihat kebesaranNya disana? Subhanallah. Rasanya bingung, bengong, amazed. Semua serba teratur. Di sisi yang lain, terlihat bulan purnama masih menampakkan diri.
To my other half, wherever you are right now,
When our time is come, I want us to be like the sun and the moon.
Both have their own timing, enlighten the world.
Though Juliet says the moon is inconstant,
yet it is always there.
Whether you can see it or not.
Jiiiieeee... ngelantur =))
Niwei, turun dari Penanjakan kami menuju lautan pasir untuk mendaki Bromo. Duh, perjalanan 1,5 km yang menyiksa. Berkali-kali rasanya pengen berhenti. Nggak sanggup deh. Untuk orang yang jarang olah raga rutin, ini bener-bener siksaan. Namun, cuma semangat aja yang bikin kami menolak tawaran naik kuda, dan berjuang naik ke atas. It's not about how fast or slow. It's about finishing what you have started. :D Ketika akhirnya sampai ke atas, rasanya wow, we're there. :D
Perjalanan 1,5 km yang sama ketika turun rasanya ngga ada apa-apanya. Cepet banget, bagaikan ngglundung. =))
"Ini naiknya sama turunnya ngga sebanding ya?"
"Iya, kayak orang menuju puncak karier, naiknya menggeh-menggeh, begitu udah di atas, dan tiba waktunya pensiun, rasanya kaya' ngglundung aja, ngga ada apa-apanya. Makanya kita harus bersiap dari sekarang, supaya ngglundung kita besok berasa fun. Dan kita sudah siap untuk itu."
Saturday, October 19, 2013
Getting Lost Over-Jatim-Land 1
Ceritanya perjalanan darat yang diperkirakan bakal banyak menguras energi ini sudah dipersiapkan beberapa waktu. Mentally sudah siap, Insya Allah. Tapi persiapan tinggal persiapan, ketika tiba-tiba muncul kabar lain. OK deeeeh. Jadilah harus memulai nge-trip sendirian, berpisah dari kawanan.
Part 1: Surabaya - Kediri
Sudah lama ngga naik penerbangan paling pagi, and honestly I don't really enjoy it. Early morning flight itu nyebelin in it ways. Karena ngga bisa naik Damri, otomatis boros *halah*. Well, yang lebih parah adalah biasanya malem sebelum keberangkatan ga bisa tidur nyenyak karena takut telat bangun. Ya sudahlah, yang harus terjadi, terjadilah. :D
Rencana awalnya mau naik kereta Rapih Dhoho, dari Gubeng ke Kediri. Tapi apa daya, tiketnya terkenal susah. Denger-denger selalu habis kalo tidak beli 7 hari sebelum keberangkatan. Akhirnya diputuskan untuk naik bus AKDP (Antar Kota Dalam Propinsi) saja.
Setelah mendarat di Surabaya, langsung cabcus ke terminal Bungurasih. Di Bungurasih, naik Patas AC Harapan Jaya tujuan Tulung Agung (via Kediri). Waktu sampai di terminal ternyata Patas yang siap berangkat pake bus yang lama. Gagal deh nyobain bus Scania andalan barunya Harapan Jaya. Karena busnya Patas, jadi ngga terlalu yak-yak an Sopirnya. Aman. Surabaya - Kediri, cukup 30.000 IDR saja. :)
Friday, October 11, 2013
Care(less)
Malam kemarin, aku tergopoh-gopoh jalan cepat selama sekitar 45 menit karena nyariin seorang terduga kesasar. Ngga pake persiapan, wong pas janjian nampaknya semua akan berjalan lancar. So, there I was, only bringing my wallet coz am in a hurry and to lazy just to take out the key. Pake sandal jepit. Wis, pokok e mbambung style.
Eeeeh, lha kok yang dijemput ketiduran yang akibatnya jadi kebablasan. Dikala kehilangan orang itu, aku coba telpon dia, kontak orang2 yg kira2 tahu jalan, pokoknya semua cara aku coba. Akhirnya? Alhamdulillah... Happy ending. Walau kaki lumayan njarem :)
Setelah kejadian itu, kami ketawa-ketawa. Pada satu titik aku berhenti ketawa dan teringat. Suatu waktu, aku pernah berada di tempat yang sama. Kejadian yang hampir mirip. Just a small town girl in a strange capital city, right in the middle of an unfamiliar place plus it was 10 at night.
Apa yang terjadi? The one that I hope will save me, didn't care much, even though I was near. :) Should've read the signs. Oh well, but I learnt my lesson, kok :)
Eeeeh, lha kok yang dijemput ketiduran yang akibatnya jadi kebablasan. Dikala kehilangan orang itu, aku coba telpon dia, kontak orang2 yg kira2 tahu jalan, pokoknya semua cara aku coba. Akhirnya? Alhamdulillah... Happy ending. Walau kaki lumayan njarem :)
Setelah kejadian itu, kami ketawa-ketawa. Pada satu titik aku berhenti ketawa dan teringat. Suatu waktu, aku pernah berada di tempat yang sama. Kejadian yang hampir mirip. Just a small town girl in a strange capital city, right in the middle of an unfamiliar place plus it was 10 at night.
Apa yang terjadi? The one that I hope will save me, didn't care much, even though I was near. :) Should've read the signs. Oh well, but I learnt my lesson, kok :)
at
10:36
Sunday, September 22, 2013
Twitter, Ruang Pribadi yang ter-Publik-kan
Semoga judulnya ngga menunjukkan kalo aku terpapar virus 'vikcy-nisasi' garis keras ya :)
By the way, 2 tulisan dalam kurun waktu 24 jam, artinya sedang terjadi badai besar di kepala dan hati. Hahaha.
By the way, 2 tulisan dalam kurun waktu 24 jam, artinya sedang terjadi badai besar di kepala dan hati. Hahaha.
Pagi ini out of the blue muncul ke-kepo-an gara-gara baca tweet orang. (Nett! Lain kali tahan diri untuk tidak kepo.) Kenapa kepo? Karena ada kala pengen banget unfollow akun itu karena isinya nggak penting banget tapi rasanya nggak sampai hati. Friends. I know, #FirstWorldProblem. Pagi ini, akun itu tiba-tiba berisi sesuatu yang beda dari biasanya. Dan disitulah aku terpancing pengen tahu ada apa dan kemudian terjerumus dalam tweets berisi drama mirip sinetron.
Kalau dirasa-rasa, sebenernya kejadian yang dibahas itu jamak terjadi di keluarga manapun. Bukan hal yang sangat besar (tanpa bermaksud mengecilkan masalah), cuma kok ya dibahasnya di twitter. Ditambah dengan bumbu kata-kata nggak OK dan kalimat-kalimat yang cenderung tinggi hati, yang rasanya lebih pantas terucap dalam hati. Atau paling tidak cukup di dalam private messengers lah kalo udah nggak nahan lagi. Itu pun juga ngga pantes sebetulnya.
Lagi-lagi, inikah fitnah yang masuk dengan mudahnya ke setiap rumah saat ini? Setiap saat setiap waktu, terpapar infotainment (hidup TV kabel!), terpapar drama-drama di twitter (untung ada akun-akun yang menyejukkan), dan perpindahan informasi yang sedemikian cepat, sampai terkadang kita terlena belum sempet ngecek kebenarannya dan sudut pandang mana yang diambil.
I used to think that sometimes standing still can be the best move one can ever take. Namun sungguh, ada kalanya ketika berdiri pun bisa tersambar badai, mungkin lebih baik tiarap dan diam. Another lessons to learn, memang malu itu penting banget dijaga. Banyak hal dalam ranah pribadi yang nggak perlu orang lain tahu. Saru, kalo orang Jawa bilang. Kudu lebih berhati-hati supaya nggak kepeleset dan kelewat batas, dimanapun kita berada. Maya or not maya (maksudnya online or offline).
Kalau dirasa-rasa, sebenernya kejadian yang dibahas itu jamak terjadi di keluarga manapun. Bukan hal yang sangat besar (tanpa bermaksud mengecilkan masalah), cuma kok ya dibahasnya di twitter. Ditambah dengan bumbu kata-kata nggak OK dan kalimat-kalimat yang cenderung tinggi hati, yang rasanya lebih pantas terucap dalam hati. Atau paling tidak cukup di dalam private messengers lah kalo udah nggak nahan lagi. Itu pun juga ngga pantes sebetulnya.
Lagi-lagi, inikah fitnah yang masuk dengan mudahnya ke setiap rumah saat ini? Setiap saat setiap waktu, terpapar infotainment (hidup TV kabel!), terpapar drama-drama di twitter (untung ada akun-akun yang menyejukkan), dan perpindahan informasi yang sedemikian cepat, sampai terkadang kita terlena belum sempet ngecek kebenarannya dan sudut pandang mana yang diambil.
I used to think that sometimes standing still can be the best move one can ever take. Namun sungguh, ada kalanya ketika berdiri pun bisa tersambar badai, mungkin lebih baik tiarap dan diam. Another lessons to learn, memang malu itu penting banget dijaga. Banyak hal dalam ranah pribadi yang nggak perlu orang lain tahu. Saru, kalo orang Jawa bilang. Kudu lebih berhati-hati supaya nggak kepeleset dan kelewat batas, dimanapun kita berada. Maya or not maya (maksudnya online or offline).
Saturday, September 21, 2013
Tentang Dia
Sore tadi Metromini karatan yang kutumpangi ngerem mendadak dan bermanuver khas ala pembalap jalanan. Ada apa? Ternyata Pak Sopir mau mendahului gerobak yang isinya karung-karung besar. Entah apa isi karung-karung itu. Yang jelas nampak sangat berat. Bapak yang menarik gerobak kelihatan kepayahan. Iya, ditarik. Iya, pake tenaga manusia. (Jangan bilang no pic = hoax ya.. boro-boro ngambil gambar, ngatur perasaan saat itu aja susah.)
Melihat itu, spontan dalam hati terucap doa buat Bapak Penarik Gerobak. Apa doanya? Biar aku dan Dia aja yang tahu. Yang jelas kejadian ini bikin inget tentang salah satu doa mustajab adalah ketika kita tidak tahu kita sedang didoakan. Besar harapan kalo doaku itu terkabul. Amazing ya? Ternyata doa pun bisa datang dari orang yang bisa jadi nggak pernah ada sangkut pautnya dengan kita. Yang kalau diibaratkan garis, bersinggungan pun nggak pernah. Gimana ya caranya memperbanyak ini? Hmm…
Siapa yang bisa menggerakkan hati manusia (untuk berdoa)? Ya cuma Dia. Siapa yang mengatur bahwa pada detik sore tadi, si Metromini ngerem mendadak? Ya cuma Dia. Siapa yang bikin sudut mataku melihat Bapak Penarik Gerobak? Ya cuma Dia. Ndak ada yang lain.
Melihat itu, spontan dalam hati terucap doa buat Bapak Penarik Gerobak. Apa doanya? Biar aku dan Dia aja yang tahu. Yang jelas kejadian ini bikin inget tentang salah satu doa mustajab adalah ketika kita tidak tahu kita sedang didoakan. Besar harapan kalo doaku itu terkabul. Amazing ya? Ternyata doa pun bisa datang dari orang yang bisa jadi nggak pernah ada sangkut pautnya dengan kita. Yang kalau diibaratkan garis, bersinggungan pun nggak pernah. Gimana ya caranya memperbanyak ini? Hmm…
Siapa yang bisa menggerakkan hati manusia (untuk berdoa)? Ya cuma Dia. Siapa yang mengatur bahwa pada detik sore tadi, si Metromini ngerem mendadak? Ya cuma Dia. Siapa yang bikin sudut mataku melihat Bapak Penarik Gerobak? Ya cuma Dia. Ndak ada yang lain.
Jadi sebenernya semua itu sudah tertata dengan rapi, enggak meleset satu mili detik pun. So, why so sad?
Saturday, August 31, 2013
Journey to the Trend
Some random thoughts on financial matters and material world will be written here.
------------------------------------
Agustus 2013
Pattern-nya sudah mulai terbentuk. I guess I'm getting my own trend. Sekarang udah bisa lebih santai dalam mengatur mana yang boleh dihabiskan, mana yang harus ditabung, mana yang boleh dijadikan 'reward'. Bener tuh yang dibilang mbak Blogger Frugal, butuh waktu untuk mendapatkan pola seberapa nyaman kita dengan pola spending kita. Iya sih, dipikir-pikir, sering kali kalap beli barang yang pengen dibeli padahal sebenernya nggak terlalu dibutuhkan atau udah punya. Contohnya? ATK. Pulpen, pensil, post it. Hampir setiap kali beli itu, padahal udah ada satu box penuh isinya barang-barang itu. Contoh lain lagi, di supermarket ngeliat barang buy 1 get 1, diskon, atau oat berhadiah mangkok. Gyabooo… langsung deh dibeli. Padahal abis gitu… errrrr, siapa yang mau ngabisin? Yang sudah dilakukan: Pembayaran-pembayaran rutin sudah di set ke transfer otomatis, jadi ngga bakal lupa/terlewat, Pembayaran tahunan, misalnya PBB, dll, diset remindernya sebulan sebelum deadline. Pemisahan rekening untuk kebutuhan sehari-hari dan tabungan/kebutuhan lainnya (masih belum OK). PR berikutnya: Think (again, deeply!) about the investment!
------------------------------------
Juli 2013
Aku dibilang pelit! Aaaaaaak. xD Kok bisa dibilang pelit ya? Define: pelit! Aku nggak merasa pelit loh. Tapi memang aku memperhitungkan setiap rupiah yang dikeluarkan orang lain. Aku nggak mau punya hutang yang enggak disadari. Kalaupun ada selisih barang seratus maupun seribu rupiah, harus kupastikan bahwa orangnya ridho akan rupiah-rupiah itu. Apakah itu yang dibilang pelit? Huuu huuu T_T
------------------------------------
Jumat, 29 February 2013
Hari ini belajar banyak. 1. Kontrol emosi itu penting, tapi ikutin gut feelings juga ga salah ;) 2. Jangan bebelian dengan emosi (lihat no.1), biasanya kalau didiemin semalem, bakal terasa mana yang bener-bener penting untuk dipunya dan mana yang cuma karena emosi sesaat saja. Dan tentunya, yang judulnya emosi-emosi itu selanjutnya menimbulkan pertanyaan. Ngapain sih kemaren kubeli? #lahh haha.
------------------------------------
------------------------------------
Agustus 2013
Pattern-nya sudah mulai terbentuk. I guess I'm getting my own trend. Sekarang udah bisa lebih santai dalam mengatur mana yang boleh dihabiskan, mana yang harus ditabung, mana yang boleh dijadikan 'reward'. Bener tuh yang dibilang mbak Blogger Frugal, butuh waktu untuk mendapatkan pola seberapa nyaman kita dengan pola spending kita. Iya sih, dipikir-pikir, sering kali kalap beli barang yang pengen dibeli padahal sebenernya nggak terlalu dibutuhkan atau udah punya. Contohnya? ATK. Pulpen, pensil, post it. Hampir setiap kali beli itu, padahal udah ada satu box penuh isinya barang-barang itu. Contoh lain lagi, di supermarket ngeliat barang buy 1 get 1, diskon, atau oat berhadiah mangkok. Gyabooo… langsung deh dibeli. Padahal abis gitu… errrrr, siapa yang mau ngabisin? Yang sudah dilakukan: Pembayaran-pembayaran rutin sudah di set ke transfer otomatis, jadi ngga bakal lupa/terlewat, Pembayaran tahunan, misalnya PBB, dll, diset remindernya sebulan sebelum deadline. Pemisahan rekening untuk kebutuhan sehari-hari dan tabungan/kebutuhan lainnya (masih belum OK). PR berikutnya: Think (again, deeply!) about the investment!
------------------------------------
Juli 2013
Aku dibilang pelit! Aaaaaaak. xD Kok bisa dibilang pelit ya? Define: pelit! Aku nggak merasa pelit loh. Tapi memang aku memperhitungkan setiap rupiah yang dikeluarkan orang lain. Aku nggak mau punya hutang yang enggak disadari. Kalaupun ada selisih barang seratus maupun seribu rupiah, harus kupastikan bahwa orangnya ridho akan rupiah-rupiah itu. Apakah itu yang dibilang pelit? Huuu huuu T_T
------------------------------------
Jumat, 29 February 2013
Hari ini belajar banyak. 1. Kontrol emosi itu penting, tapi ikutin gut feelings juga ga salah ;) 2. Jangan bebelian dengan emosi (lihat no.1), biasanya kalau didiemin semalem, bakal terasa mana yang bener-bener penting untuk dipunya dan mana yang cuma karena emosi sesaat saja. Dan tentunya, yang judulnya emosi-emosi itu selanjutnya menimbulkan pertanyaan. Ngapain sih kemaren kubeli? #lahh haha.
------------------------------------
Monday, August 26, 2013
the truth and nothing but the truth
Most of the time, the truth is harsh.
It is healthy for the soul, though.
After all the wreck? Always do.
Let's grow up.
It is healthy for the soul, though.
After all the wreck? Always do.
Let's grow up.
Wednesday, June 19, 2013
Asep
Tadi pagi temen-temen ngerumpi mulai menghebohkan kabut asap yang mulai masuk ke kantor dan bahkan ke rumah. Ada juga yang temennya punya penyakit asma trus sampe pingsan. Aku? Seperti biasa, menelurkan ide a la Marie Antoinette. Diungsikan saja orang2 itu ke Jawa. *D'oh! Nett, untung udah gak jaman guillotine jamak dipake untuk orang2 yang suka ngoceh ngawur. xD
Ternyata, serem juga ya kalo dilihat dari atas :-((
Ini nih pandangan tampak atas si 'komoditas' asap hasil pembakaran lahan gambut.
Dan di media-media juga mulai rame. Kenapa rame? Karena negara-kota tetangga udah megap-megap kebagian asep. Well, ya gak papa lah ya. Namanya juga tetangga... Seneng susah dinikmati bersama ya. Kalau ngga mau kena' asep ya bikin dome raksasa aja kaya' punya Sandy di Bikini Bottom. #ngik #jadiorangkokjahat
(Iyaaaaa... Iyaaaaa... I need to improve my empathy and negotiation skill).
~5F. BTJ-MES-CGK.
14.24 19.06.13
Saturday, June 15, 2013
A Blast from The Past
Bombastis ya judulnya? He eh. ^_^
After all these years, I think I finally understand the meaning of this song. At this very moment.
Haha! Finally, another life's mystery revealed!
BDJ, 7.38 PM.
Thursday, May 23, 2013
Overthink(ing)
The Great Gatsby, ini novel lama. Aku belum pernah baca, cuma sering denger aja. Dan akhirnya nonton film versi adaptasi tahun 2013, why? Bang Leonardo DiCaprio. Hahaha. Gambar filmnya mengingatkan rame2nya Romeo + Juliet, yg main Leo juga.
Dan seperti biasa, abis nonton film jadi kepikiran yang aneh-aneh. (Hmm... Mungkin ini efek galau bin sebel juga ya, jadi aku mengidentifikasikan diri sebagai Gatsby dan Mr. Spock diidentifikasikan sebagai Daisy Fay Buchanan--yang tadi sempet saya katain sebagai 'that conniving b*tch'). In the end, mati kan si Gatsby? Dicuekin kan sama Daisy? Yeah, eat that, Nett!!! xD
Terlepas dari karakter-karakter di film itu, aku jadi dapet gambaran tentang Amrik tahun 1920-an, jaman ekonomi booming dan sebelum Great Depression tiba. Ada yang bikin garuk-garuk kepala. Ternyata banyak hal di jaman itu yg sama aja sama jaman sekarang. Orang2 suka foya-foya, free sex dimana-mana, mabuk2an ga tahu tempat, party... party... party!!! 2013? It's about the same. Kenapa patternnya berulang? Tapi berulangnya tuh semacam ga lebih baik gitu. Kenapa manusia ngga belajar dari masa lampau? Udah tahu hal2 begitu udah dijalankan dan ternyata ngga bagus hasilnya, kenapa juga masih pengen dirasakan sendiri? Why would you want to do a fail experience? Why?
Hmmm... Jawabannya sepertinya ada di depan hidungku sendiri. Why? Why should go on smack your head to the steel wall when you know that you're about to doom? And the only excuse is because I'm only human. Maybe Nick was wrong, maybe I'm more optimistic than Jay Gatsby.
Wednesday, May 15, 2013
Yoga for the Mind
Short coversation with a trip partner brought us talking about my travelling history. Abroad. Another lifetime ago. Short after that my mind wandering to the past and present day. Never had I imagine travelling those miles. Never had I imagine visiting those places.
Same as today. I never imagine living my life like this. I'm a small town girl, living in a kampung not far from the city center. I shied myself from the society. And yet, where am I now? Again, Maktoub.
None of this without Your Knowledge. Whatever happen nano-seconds after this, I will just surrender to Your Power.
PS. I still curious about what You already written for me. Oh well, guess I just wait for the mighty surprises :D
~17K, A330. CGK-UPG
On a Stormy Flight
Skimming through a newspaper on flight, I found a saying by Usman bin Affan. Sepintas lalu, terhela nafas, dan teringat pembicaraan beberapa menit sebelum take off, di bus menuju pesawat. Sungguh kematian itu dekat. Sungguh kematian itu adalah misteri. Dan bagaimana mungkin seseorang masih tertawa-tawa kala kematian pasti menunggu? Entahlah, mungkin karena dunia ini memang tempatnya bersenda gurau, dan saking khilafnya sampai kebablasan?
Ah, kenapa berat sekali ya isi kepala ini? Hihihi, karena berat jadi dikeluarin aja, supaya ringan :)
Anyway, beberapa halaman kemudian menemukan profil calon Menteri strategis yang baru. Hmm... Keren juga CVnya. (Ya, OK, apalah arti sebuah CV? Still, ini menunjukkan pencapaian seseorang, bukan?) Dan terlihat disana, nama istrinya, salah seorang pesohor. At least beberapa tahun yang lalu. Kalau ngga salah inget sih untarnished reputation, smart girl. There. I want to be one. :) Whatever this means. Jadi, why those tears? Semua terjadi karena ada maksudnya, bukan? :D
~was written during a bad weather flight between BDJ-CGK
Saturday, April 20, 2013
Silence
Pernah denger tentang kesunyian yang memekakkan? Pernah rasa tentang hening yang menggelegar?
Ketika tanya, tanya, tanya... Terjawab oleh sepi.
Sudah 3 kali kan? Jadi ya sudah. Maunya apa?
Bodohnya, mengapa bertanya lagi? Yang menyambut hanya angin dan deru mesin pesawat di kejauhan diiringi dengan pasrah. Que sera... sera. Semua atas izin-Mu.
Ketika tanya, tanya, tanya... Terjawab oleh sepi.
Sudah 3 kali kan? Jadi ya sudah. Maunya apa?
Bodohnya, mengapa bertanya lagi? Yang menyambut hanya angin dan deru mesin pesawat di kejauhan diiringi dengan pasrah. Que sera... sera. Semua atas izin-Mu.
Saturday, March 02, 2013
Taman, Kereta, dan Pepohonan Hijau
Ternyata ketiganya masih belum bisa membuat tekad menjadi bulat. *siyal
Yang muncul malah sinyal-sinyal penerimaan yang penuh kepasrahan sepi bahwa mungkin semuanya memang harus begini.
'Maybe those things will never come," seruku. Agak keras seolah meyakinkan yang perlu diyakinkan. Siapa? Me, myself, and I. Sementara yang disebelah nampaknya masih bingung, 'ini ngomongin apa sih?'
Ya sudah, cukup taman, kereta, dan pepohonan hijau yang mungkin bisa mengerti. Dalam sunyi.
Yang muncul malah sinyal-sinyal penerimaan yang penuh kepasrahan sepi bahwa mungkin semuanya memang harus begini.
'Maybe those things will never come," seruku. Agak keras seolah meyakinkan yang perlu diyakinkan. Siapa? Me, myself, and I. Sementara yang disebelah nampaknya masih bingung, 'ini ngomongin apa sih?'
Ya sudah, cukup taman, kereta, dan pepohonan hijau yang mungkin bisa mengerti. Dalam sunyi.
Friday, March 01, 2013
Bosen
Sudah 2 tahun lebih kembali merasakan kehidupan ala Erasmus. Hmm? Iya, dulu jaman sekolah, udah dipuas-puasin loh bertualang dengan kopernya. Sementara sekarang? For the sake of working. Ya koper, ya backpack, apapun lah. Yang jelas belum berhenti dari berputar-putar-putar.
Dulu ngga percaya kalau suatu ketika semua hotel dan airport itu rasanya sama. Bedanya cuma di satu tempat kursinya lebih empuk dari tempat yang lain, di satu tempat kasurnya lebih gede dari yang lain. Itu. Oh, dan kebersihan toiletnya. Kalo toilet dan tempatnya nyaman, dijamin langsung bisa pup. Kalo ngga nyaman, bisa sampe pulang baru pengen pup. (Lah ini kenapa jadi membahas pup?) Hihihi.
Berpindah-pindah itu sepertinya sangat cocok bagi mereka yang masih no maden. Masih kost. Ngga perlu mikir cucian, ngga perlu mikir jemuran. Ngga perlu mikir ngepel. Menyesal? Nope, tentu saja tidak. Memang sudah waktunya untuk belajar lebih bertanggung jawab dalam membagi waktu. Kembali lagi belajar pake kompor. (Siyal, masak pun udah ngga karu-karuan rasanya!) T_T Gimanaaaaaa iniiiiiii??? Dulu perasaan ngga sekacau ini deeeh. Apa karena lagi gak konsen ya? (Mulai… mengarang alasan.) D'oh!
Kembali pada kehidupan 'berpindah', dengan sering-sering berpindah ini rasanya harus lebih banyak belajar beradaptasi, fellow travellers biasanya lebih 'pengertian' dan lebih ramah. Tapi itu juga tergantung gimana kitanya sih. Kadang-kadang kalau travelling dalam kondisi capek atau bete, itu bisa bikin kita jadi kurang sabar. Akibatnya? Mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang salah, sehingga akibatnya malah bikin yang ditanya mbulet. Belum lagi…
errrrr… kapan-kapan disambung deh. Mau ke seberang dulu. Meet up with an old friend. :)
Dulu ngga percaya kalau suatu ketika semua hotel dan airport itu rasanya sama. Bedanya cuma di satu tempat kursinya lebih empuk dari tempat yang lain, di satu tempat kasurnya lebih gede dari yang lain. Itu. Oh, dan kebersihan toiletnya. Kalo toilet dan tempatnya nyaman, dijamin langsung bisa pup. Kalo ngga nyaman, bisa sampe pulang baru pengen pup. (Lah ini kenapa jadi membahas pup?) Hihihi.
Berpindah-pindah itu sepertinya sangat cocok bagi mereka yang masih no maden. Masih kost. Ngga perlu mikir cucian, ngga perlu mikir jemuran. Ngga perlu mikir ngepel. Menyesal? Nope, tentu saja tidak. Memang sudah waktunya untuk belajar lebih bertanggung jawab dalam membagi waktu. Kembali lagi belajar pake kompor. (Siyal, masak pun udah ngga karu-karuan rasanya!) T_T Gimanaaaaaa iniiiiiii??? Dulu perasaan ngga sekacau ini deeeh. Apa karena lagi gak konsen ya? (Mulai… mengarang alasan.) D'oh!
Kembali pada kehidupan 'berpindah', dengan sering-sering berpindah ini rasanya harus lebih banyak belajar beradaptasi, fellow travellers biasanya lebih 'pengertian' dan lebih ramah. Tapi itu juga tergantung gimana kitanya sih. Kadang-kadang kalau travelling dalam kondisi capek atau bete, itu bisa bikin kita jadi kurang sabar. Akibatnya? Mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang salah, sehingga akibatnya malah bikin yang ditanya mbulet. Belum lagi…
errrrr… kapan-kapan disambung deh. Mau ke seberang dulu. Meet up with an old friend. :)
Subscribe to:
Posts (Atom)