Saturday, September 21, 2013

Tentang Dia

Sore tadi Metromini karatan yang kutumpangi ngerem mendadak dan bermanuver khas ala pembalap jalanan. Ada apa? Ternyata Pak Sopir mau mendahului gerobak yang isinya karung-karung besar. Entah apa isi karung-karung itu. Yang jelas nampak sangat berat. Bapak yang menarik gerobak kelihatan kepayahan. Iya, ditarik. Iya, pake tenaga manusia. (Jangan bilang no pic = hoax ya.. boro-boro ngambil gambar, ngatur perasaan saat itu aja susah.)

Melihat itu, spontan dalam hati terucap doa buat Bapak Penarik Gerobak. Apa doanya? Biar aku dan Dia aja yang tahu. Yang jelas kejadian ini bikin inget tentang salah satu doa mustajab adalah ketika kita tidak tahu kita sedang didoakan. Besar harapan kalo doaku itu terkabul. Amazing ya? Ternyata doa pun bisa datang dari orang yang bisa jadi nggak pernah ada sangkut pautnya dengan kita. Yang kalau diibaratkan garis, bersinggungan pun nggak pernah. Gimana ya caranya memperbanyak ini? Hmm…

Siapa yang bisa menggerakkan hati manusia (untuk berdoa)? Ya cuma Dia. Siapa yang mengatur bahwa pada detik sore tadi, si Metromini ngerem mendadak? Ya cuma Dia. Siapa yang bikin sudut mataku melihat Bapak Penarik Gerobak? Ya cuma Dia. Ndak ada yang lain.

Jadi sebenernya semua itu sudah tertata dengan rapi, enggak meleset satu mili detik pun. So, why so sad?

No comments: