Friday, December 13, 2013

Soekarno at A Glance

Tadinya belum berencana untuk nonton Soekarno. Tapi berhubung nampaknya ada drama-drama yang bikin Pengadilan Niaga ada wacana untuk menarik master filmnya, jadilah didahulukan. Prioritas utama.

Hasilnya? Baru beberapa menit duduk di ruang bioskop yang gelap, udah merinding disko. Kenapa? Karena sebelum filmnya dimulai, diputer lagu Indonesia Raya. Semua penonton diminta berdiri. Bahkan Mas petugasnya juga mengingatkan sebelumnya, agar berdiri. Merindingku ini disebabkan dua hal, yang pertama karena lagu Indonesia Raya itu sendiri, nggak tahu kenapa, beda aja auranya ini lagu. Selalu membawa suasana haru gimanaaaaaa gitu kalau harus menyanyikannya. Alasan kedua, dulu waktu nonton Harry Potter 3 di Bangkok, sebelum film dimulai, semua penonton berdiri. Di bioskop. Dan katanya itu kebiasaan disana, karena kemudian diputer lagu tentang Rajanya. Masih inget sekali waktu itu aku terpikir, "Ya Allah, kapan ya aku bisa berdiri di bioskop dan menyanyikan lagu Indonesia Raya?" It happened! WOW! My wish. Granted. About 8 years later. Checked. :)

Kembali ke film. Filmnya dibuka dengan wajah yang familiar. Budiman Sudjatmiko sebagai Suyuti, salah satu tokoh pergerakan. Terus filmnya mengalir, cerita tentang Sukarno kecil yang udah pacaran aja sama bule. Bahkan mau ngelamar. Ini kayaknya mau cerita kalo bakat 'mudah jatuh cinta'nya BK ini udah mulai dari jaman dia sangat muda. Terus agak loncat-loncat alurnya, menceritakan BK waktu dibuang ke Ende, Bengkulu, dan diakhiri di Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945. Disini juga digambarkan betapa BK itu sangat rapi dan sangat aware ama penampilannya. Cowok dandy gitulah. 

Untuk film berbau sejarah, film ini ngga terlalu berat. Ringan aja. Walaupun ada adegan perang (dikiiiit). Cenderung berat di drama romantika rumah tangganya BK. D*rn, amazing banget ini orang, ditengah-tengah hiruk pikuk persiapan kemerdekaan masih pulak dia galau mikirin perempuan yang bukan istrinya. Hahahaha. Manusiawi? Iya kali. Laki-laki? Hmm.. tipikal.

Sosok Bu Inggit jadinya keren banget diperanin ama Mpok Mod. Apa iya kenyataannya begitu? Entahlah, cuma dirinya dan Tuhan yang tahu. Mencelos banget di hati waktu adegan Inggit bilang semacam kaya' gini (tepatnya lupa), "aku sudah berusaha memberikan semuanya. Tapi masih saja kamu membutuhkan lebih. Yang penting aku sudah mengantarkanmu ke gerbang mimpimu." Aiiiih, mateeeek laaaah. 

Tentang hubungan antara BK dan Fatima (denger-denger nama aselinya Bu Fat itu Fatima), mungkin kalau kejadiannya sekarang udah bikin twitter heboh kali ya? Ya emang ngga seheboh kejadian ala budayawan itu, but still. Oh come on, you pria beristri. Ini muridnya. Temennya anaknya (anaknya Bu Inggit ding kayaknya), ya tetep ajaaaaaaaa dikecengin juga. Hadeeeeeh. Alasannya pengen punya anak. Yo wis sak karep wis. Bebas. Apapun alasanmu untuk tidak setia. Alasan mah gampang dicari.

Next tentang Bung Hatta, yang digambarkan kejepit antara Sjahrir dan BK. Sjahrir bilang Hatta terlalu membela BK, BK bilang Hatta tuh mendukung Sjahrir. Horotoyoh. Keren tapi nih penggambaran Bung Hatta, muncul percakapan-percakapan bermutu diantara Hatta dan BK, seperti "sanggupkah Bung memimpin negara dengan 70 juta penduduk? Membuat rakyat sejahtera?" Masih sesuai ama konteks saat ini. Rasanya aku jadi pengen duduk bareng sama calon presiden RI berikutnya dan melontarkan pertanyaan ini di malam sebelum pelantikannya sebagai presiden. Selanjutnya, sedikit tentang Sjahrir. Hmm.. ganas banget Sjahrir digambarkan di film ini. Sangat meledak-ledak, tapi somehow cool. Keren. 

Yang bikin hangat dari film ini adalah beberapa pisuhan yang diucapkan Bapak Bangsa maupun ring 1-nya. Mulai dari "jangkrik" sampe "jancuk". Wis metu kabeh. Hahaha.

Kembali tentang Soekarno sebagai tokoh utama, aku gak terlalu impressed dengan akting Ario Bayu. Tapi ya sudahlah ya. Lumayan lah, nggak njomplang2 amat. Walaupun cukup datar. All in all,  film ini bikin hangover. Bikin jadi pengen baca buku sejarah. Bikin pengen mengenal lebih dalam tentang orang-orang yang terlibat dalam kemerdekaan RI. Apa motivasi mereka, bagaimana sejarah mencatat mereka? Apakah sejarah sudah mencatat dengan benar? Apakah kita sudah menghargai jasa Eyang/Eyang buyut kita? Sebenernya mereka berjasa buat kita atau karena mereka juga udah muak 'disiksa'? *pertanyaan terakhir ngga penting dijawab, gak terlalu relevan. Intinya kemerdekaan udah berhasil didapet. Terus kita yang generasi muda ini mau apa?

Mau punya duit banyak biar bisa dapet apapun yang dimau? 
Mau hidup foya-foya lalala yeyeye tiap hari?
Mau apa? Dapet kemerdekaan nggak murah, tapi kitanya juga udah dikasih merdeka mah masih ribut aja hobinya. Ngapain kek yang bermanfaat dikit. Ho oh, Nett, kamu juga ngapain gitu kek yang bermanfaat dikit, daripada ngeblag-ngeblog galau melulu. -_-"


PS. Film kaya' gini kok malah diperkarain pake acara mau diturun-layarkan segala sik? *nggak ngerti deh*

No comments: