Wednesday, December 11, 2013

Belajar dari Metromini

Sudah biasa ya kalau orang marah-marahin sopir metromini, atas segala jenis kelakuannya. Mulai dari naikin dan nurunin penumpang (atau 'sewa', gitu mereka biasa menyebutnya) sembarangan sampai hobinya yang berzig-zag di jalanan dengan manuver super liar. Scumbag metromini, if you may say. Meminjam istilah meme yang lagi rame sekarang ini.

Pagi ini ada yang beda. Seperti biasa, naik metromini dari lampu merah (nggak ada halte loh dalam jarak 1 km) dan seperti biasa pula metromini menggasak kanan dan kiri, mencari jalan. Sopirnya duduk dalam posisi miring ga jelas pulak. Apakah nyaman?

Terpikir bahwa selama ini metromini ini berbuat 'kejahatan'. Dia sudah zalim terhadap penumpangnya. Well, sopir dan kernetnya kali ya? Apalagi kalau kernetnya maksa-maksa masih masukin orang ke kendaraan yang udah penuh sesak. Gak pernah pula dia berhenti di halte yang jelas.... oh waiiiitttt... Bukannya aku juga sering berbuat begitu?

Anggaplah dalam sehari ada 5 halte. Ada 5 perhentian yang harus dilalui metromini (=aku). Tapi akunya berhenti sembarangan, bukan tepat di halte. Sering-seringnya kelewatan itu halte. Berhentinya nyaris di halte berikutnya. Untung belum sampe ke halte berikutnya alias kelewatan? Annoying kan? Banget. Gimana mau menjalin hubungan baik dengan Yang Punya Hidup kalau berhenti di halte yang sudah ditentukanNya pun susah? Padahal halte itu kan dibuat dengan tujuan tertentu. Bukan ngawur apalagi ngarang. Biar tertib lalu lintasnya, biar nggak diserempet kendaraan lain, dll. Ah, sudah tahu begini, kenapa tetep aja nekad ya? *sigh

=====
Gambar yang atas diambil dari sini dengan modifikasi scumbag hat. :))

No comments: