Aku punya temen perjalanan baru. Judulnya A Short History of Nearly Everything. Nemu di Irish Cancer Society, Cork, waktu jalan2 sama mbak Diana dan anak2; sepulang demo damai. Second, €2.50 saja (dari harga resmi £8.99). Believe it or not, this is the first book that I bought in Europe. (Beeeuuhh... ngapain aja Mbak, selama ini? Nyolongin E-book?) It's been too long. Sejak terakhir kalinya aku dapet teman yang menyenangkan. Agak jayus sebenernya, karena setelah sampai rumah, ternyata mas Widy juga udah punya buku itu, dan aku pernah baca beberapa halaman, tapi entah kenapa nggak kuterusin waktu itu. Hmm.. mungkin moodnya yang ngga pas.
Unlike those easy peasy paper back novel (yang selalu saja kubaca sekitar 20 halaman pertama--untuk menemukan introduction (biasanya bagian ini yang paling menjanjikan) dan pokok masalah (biasanya masalahnya juga jebul e mung sepele2, mung dasar e manusia eh.. tokoh dalam buku tuh sukanya muter2 dalam memecahkan masalah)--untuk kemudian loncat ke bab terakhir. Mana betah cerita muter2. Mo ke Jakarta tuh ya ke Jakarta, ndak usah pake acara ke Hong Kong dulu.) Aku sayang banget mau ngabisin yang ini. Sampe sekarang, baru dapet 3 bab. Well, sebenernya nggak jelas ding ini, 3 bab itu karena saking eman e atau saking nggak sempetnya baca?
History wrote down everything, and it depend on who wrote it. Jaman kecil dulu, setiap kali denger nama Marie Curie, aku selalu pengen kasian. Abis tragis sih, masak suaminya tercinta yang juga partner di lab, partner jalan2 keluar negeri, partner sepedaan keliling kampung, meninggal ketabrak dokar. (Iki piye to? Bukannya kagum atas prestasinya Eyang Marie kok malah nangisi Eyang Pierre?) Mmm prestasi mereka juga sering bikin aku lupa kalo ilmuwan2 itu punya kehidupan mereka sendiri, and for sure, have their own affairs. And human, always have their dark side, tinggal mau dikeluarin apa enggak.
Selain itu, banyak hal yang benar-benar diluar kekuasaan manusia. Boleh jadi seseorang itu penemu pertama, tapi dia nggak sadar. Boleh jadi dia penemu pertama, dia sadar, tapi karena birokrasi dalam urusan publikasi atau ketemu dengan orang-orang yang 'kurang tepat', jadi enggak diakui sebagai penemu pertama. Whatever the reasons were. Destiny played a lot in human's history. Karena itu, do what you like. ^_^ *sederhana banget yak pesen moral yang diambil?*
Layaknya buku, tentunya nggak sedikit pula kesalahan dalam buku ini. Still, kalimat-kalimatnya yang *gosip bangettttt!* bikin buku 'berat' ini jadi sangat menyenangkan untuk temen nunggu temen di deket kali.
Baca buku ini, jadi pengen baca buku-buku yang lain. Terus dan terus dan terus.
1 comment:
"Baca buku ini, jadi pengen baca buku-buku yang lain. Terus dan terus dan terus" ----> Tenane (*wink2) ?
Post a Comment