Wednesday, February 04, 2009

To School or Not To School

(Don't ask about the grammar of the Title.) :P

Dulu, aku sering terheran-heran kalau denger percakapannya bule-bule bahwa mereka belum mau menikah atau belum pengen punya anak dulu setelah menikah. Keheranan ini bertambah di hari-hari pertamaku disini, karena lebih sering aku melihat pasangan2 berumur 35+ yang dorong2 stroller (eh namanya stroller bukan sih?) berisi baby. Maksudku, kalo misalnya yang dorong2 itu pasangan sepuh, ya kan kuasumsikan itu nenek-kakeknya. 

Ternyata oh ternyata, culture and law make it that way. 

Kalo di Indonesia, misalnya dua orang bekerja, nggak jarang kita nemuin anak SD yang udah pegang kunci rumah sendiri. Pulang sekolah ya pulang gitu aja. Nggak ada orang di rumah. (Banyak juga yang terus jadi anaknya Eyang atau jadi anaknya tetangga). Paling enggak nunggu sampe jam 2 atau 4 (atau lebih sore lagi) tergantung kerjaan orang tuanya. Well, hal ini ilegal disini. Anak berumur dibawah 16 tahun, nggak boleh ditinggal sendirian di rumah tanpa pengawasan. 

Pernah nih kejadian, ada temen dateng dari Utara (UK). Terus sorenya pulang, berhubung kesorean, diperhitungkan dia sampe rumahnya sekitar jam 23-an. Nah, untuk njemput dia di stasiun, suaminya harus mbawa 2 orang anaknya (15 & 10 tahun). Well, pilihannya itu atau minta tolong childminder. Minta tolong childminder artinya ekstra duit lagi. (Nggak kaya' di Indonesia, titipan aja tetangga... gratis bo'. Ato malah anaknya dikunciin di rumah? Ah cuma ke stasiun, perginya nggak sampe 30 menit ini.)

Waktu itu aku nanya, lho, yang gede kan udah 15 tahun, apa ya nggak bisa njagain adeknya. "Weeee... nggak boleh itu, ntar kalo ketahuan social service anakku bisa diambil. Ketauan tetangga, bisa dilaporin sama social service." kata temenku sambil pasang tampang horor, seolah-olah aku baru aja kasih ide supaya dia nyemplung Liffey River di musim dingin.

Jadi ya wajar aja kalo terus ada cerita banyak orang tua harus stay di rumah karena sekolah ditutup (berita di sini, sini, sini). Lha piye? Kalo nggak sekolah, berarti anaknya harus dijagain. Itu atau mbayar childminder yang mahalnya naudzubillah. 

Tapi kok nggak sedikit yang ngamuk-ngamuk ya? Bukannya seneng bisa mbolos? Kan lebih enak ngumpul sama anak2 to? Lagian kalo pengen kerja, kenapa nggak kerja sama aja ya? Misalnya 10 rumah tangga gitu. Yang 7 kerja, yang 3 jaga anak. Giliran gitu. 

4 comments:

atma said...

di-campaign-kan saja itu net, mulut ke mulut. siapa tau aja "sunets way" ini bisa menjalar ke pulau sebelah trus turun ke benua bawahnya..

dan siapa tahu bisa menyeberang benua sebelahnya

di mana tiba2 saja terdengar acara oprah sedang membahasnya :P

sunett said...

@ atma: he he he.. i don't mess with people's life. well, kecuali kalo mereka baca blogku atau tulisanku, atau suatu hari nanti ketika aku jadi First Ladynya US of America, Inc. ^_^

bung2 said...

Tul...stroller^^. Ribet ya, ternyata. Tapi siapa bilang taat pada hukum dan aturan yang berlaku itu mudah dan praktis ? Hehehe. Childminder mahal banget ya, Sun ? Ckckckkk...

MamaNyu said...

aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaahhhh... kamu ni.. mentang2 aku bercita2 jd first ladynya indonesia kamu njuk jadi first ladynya US..

eh, gapapa ding.. ntar biar bisa arisan di mars..

hihihi.. jadi inget percakapan sama mbak CS di bank niaga..
biasanya tuh kalo artis2 kan nunda married & punya baby krn mau nabung dulu..
lha pas ditawarin tabungan pendidikan, aku jawab "ntar deh mbak, aku bikin anak dulu baru nabung"
*dasar ra mbakat artis ki..*